“They sure know how to work me into the ground.”
Zhuo Fan menghela napas sambil tersenyum miring — seringai khasnya yang muncul ketika semuanya berjalan sesuai rencana, bukan sesuai kehendak Heavenly Sovereign.
Sekalipun bahaya makin dekat, keadaan sekarang jelas lebih baik dibanding saat ia sepenuhnya berada dalam belenggu musuh.
Meski begitu — hidup sambil menari di ujung kematian jelas bukan sesuatu yang bisa disebut menyenangkan.
Heavenly Sovereign, tentu saja, muncul seperti biasanya…
Sombong, sok tahu, dan percaya diri sepenuhnya bahwa ia mengendalikan situasi.
Ia bahkan memuji dirinya sendiri karena menggunakan Reincarnation Path dan Demonic Path sebagai “selimut” untuk menutupi tanda lahirnya Sovereign baru — seolah itu rencana jenius, padahal Zhuo Fan memang sengaja memberinya kesan itu.
Namun kegembiraan Heavenly Sovereign tidak bertahan lama.
Hanya beberapa hari setelah Zhuo Fan menyelesaikan Star Path,
langit kembali pecah oleh peristiwa prismatik lainnya.
Dan seperti biasa…
Heavenly Sovereign langsung muncul.
Zhuo Fan menyerahkan Star Path tanpa drama, tanpa argumen, tanpa upaya mempengaruhi. Sekedar obrolan basa-basi tentang nasib dunia — percakapan yang sudah begitu hambar sampai Zhuo Fan ingin menguap.
Yang penting adalah:
Pihak Zhuo Fan sekarang sudah memiliki:
2 Sovereign baru (Ye Lin & Lei Yuting),
1 Demonic Path,
Dan jalur-jalur yang tinggal diselesaikan tinggal 7 lagi.
Namun bahkan rencana sempurna pun bisa dihancurkan Heavenly Sovereign sewaktu-waktu.
Karena itu Zhuo Fan langsung melanjutkan jalur berikutnya:
Reincarnation Path
Sebuah jalur yang bahkan baginya terasa mengerikan.
Karena siapa yang benar-benar memahami reinkarnasi?
Apakah itu sekedar lahir kembali?
Menghapus memori?
Mengapa harus hilang?
Mengapa jiwa bisa mengalami transformasi yang bahkan kultivator Ethereal Stage sekalipun tidak dapat mensimulasikan?
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak memiliki jawaban cepat.
Namun inilah medan perang sebenarnya: batin, bukan kekuatan.
Hari berganti malam.
Malam berganti hari.
Zhuo Fan menenggelamkan dirinya dalam kenangan samar dari 32 kehidupannya — potongan jiwa yang perlahan tersambung kembali berkat True Self Art.
Ia menyaksikan:
— kematian demi kematian,
— kehilangan demi kehilangan,
— harapan, cinta, kebencian, dan kehancuran,
…dan perubahan yang terjadi pada jiwanya setiap kali siklus itu berulang.
Apakah reinkarnasi benar-benar tentang menghapus ingatan?
Atau tentang melepaskan diri…
dari diri lama?
Suatu malam, sebuah gelombang energi menghantam kesadarannya — keras, mendadak, belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Kenangan-kenangan itu menyala seperti bara.
Zhuo Fan terengah, matanya membelalak.
Dirinya akhirnya melihatnya:
Jiwa bukan hanya pembawa memori.
Ia adalah entitas yang tumbuh melalui pengalaman, kebaikan maupun kegelapan, lalu membakar dirinya dalam api kehidupan untuk lahir kembali sebagai sesuatu yang lebih murni.
Seperti phoenix.
Saat kesadaran itu jatuh pada dirinya…
Langit pecah lagi dengan cahaya prisma.
Heavenly Sovereign masuk—seakan itu rumahnya sendiri.
“So you’ve done it again.
Little brother, you’re outdoing even your past self.”
Ia berjalan santai, sok mengatur, sok superior.
“Baru sebulan lewat dan kau sudah menyelesaikan satu jalur lagi. Yang mana sekarang?”
Zhuo Fan membuka mata.
“Reincarnation Path.”
Heavenly Sovereign langsung mengerutkan dahi.
“Kalau bukan karena membunuh semua yang kau sayangi justru memotivasimu… sudah kulakukan sejak lama.”
Nada suaranya datar, tanpa emosi — seolah membunuh seluruh Luo Clan adalah kemungkinan biasa baginya.
“Aku cukup yakin, mengetahui mereka masih bisa selamat justru mendorongmu bekerja lebih cepat.
Tapi jangan salah paham —
toleransiku bukanlah belas kasihan.”
Ia mencondongkan tubuh.
“Jika kau ingin Sacred Domain bertahan…
renungkan apa yang kurang dalam diriku. Kau tidak punya banyak waktu.”
Heavenly Sovereign tertawa, gemanya mengguncang gua, lalu menghilang begitu saja.
Zhuo Fan duduk, menenangkan napas.
“We’ll see who laughs in the end.”
Ia memejamkan mata, menenangkan aliran energi Reincarnation Path yang baru saja ia kuasai.
“Tapi harus kuakui… kali ini terlalu berbahaya.
Sedikit saja terlambat, dia pasti menyadarinya.”
Ia menatap langit yang mulai meredup dari warna prisma…
…dan tersenyum tipis.
Pertarungan akal antara dua monster itu terus berlanjut —
dan untuk pertama kalinya sejak pertempuran awal,
Zhuo Fan unggul satu langkah.
[Zhuo Fan benar-benar sedang memainkan 4D chess di sini. Heavenly Sovereign merasa mengendalikan semua, tapi justru Zhuo Fan yang mengatur ritmenya. Dan Reincarnation Path ini… gila sih. Paling filosofis sejauh ini.]