Dengan teh harum yang menghangatkan perutnya, Zhuo Fan memegang cangkir itu dengan santai, menghela napas puas, lalu melirik Shangguan Yulin dengan senyum santai.
“Di tempat lembab dan pengap gini, teh panas tuh surgawi banget. Bener kan, semuanya? Ha-ha-ha…”
“Ya, ya…”
“Mister Gu memang tahu cara menikmati hidup, ha-ha-ha…”
Para elder kompak memuji tanpa henti, senyum mereka lebar kayak papan reklame. Zhuo Fan ngomong apapun juga bakal mereka iyain.
Shangguan Yulin hampir meleleh dari frustasi. Ini rasanya bahkan lebih sakit dari disiksa fisik—melihat Zhuo Fan duduk santai, dielu-elukan kayak tamu agung, sementara dirinya digantung kayak cucian basah.
Dia akhirnya sadar:
siksaan terburuk bukan tulang patah.
Siksaan terburuk adalah melihat musuhmu hidup lebih bahagia darimu.
Konfusianya juga tiba-tiba relevan banget: bukan kemiskinan yang bikin sakit, tapi ketimpangan.
Dan sekarang gap antara dia dan Zhuo Fan udah bukan gap—itu jurang neraka.
Zhuo Fan “dilayani” macam raja.
Dia? Digantung kayak piñata gagal.
Jealousy, rage, dan rasa tidak adil numpuk kayak bom waktu di kepala Yulin.
Zhuo Fan melihat itu.
Perfect.
[Foreplay selesai.]
Zhuo Fan berdiri dan berkata ringan kepada para elder, “Senior, boleh tinggalkan kami berdua? Aku mau ngobrol empat mata dengan muridku.”
“Ah tentu, tentu, permintaan Mister Gu adalah perintah! Ha-ha-ha…”
Venerables menunduk, memimpin semua keluar.
“Kalau ada apa-apa, panggil saja, Mister Gu.”
Pintu batu berat pun menutup, meninggalkan mereka berdua dalam kegelapan.
Begitu pintu nutup, ekspresi para elder berubah drastis di luar, dari senyum sumringah jadi muka meringis capek hidup.
Sixth elder mencibir, “Ha-ha-ha, saudara-saudara, siapa sangka kalian punya bakat jadi pelayan ketimbang kultivator?”
“Aduh udah, jangan ngungkit! Dia minta kita akting, ya kita akting lah! Demi Soaring Sword apa sih yang nggak…”
Namun mereka langsung kembali serius.
Salah langkah Yulin = misi gagal = Soaring Sword lenyap = tamat.
Mereka ngerti betul: ini bukan tentang harga diri. Ini tentang bertahan hidup.
Di dalam ruangan penuh bau lembap, Zhuo Fan menatap Shangguan Yulin.
“Nggak penasaran kenapa para elder tadi tunduk padaku kayak pelayan?”
Nada Zhuo Fan enteng, tapi beracun.
Shangguan Yulin memelotot, jelas menahan sumpah serapah.
“Kau itu tahanan, sama kayak aku,” kata Zhuo Fan sambil menarik napas panjang, seolah menyampaikan keluhan hidup.
“Kita sama-sama dicap pengkhianat. Kau gak pantas benci aku. Jujur aja, nasib kita sama.”
Shangguan Yulin tertawa kecil, getir.
“Sama kepala bapakmu! Lihatlah dirimu! Disembah-sembah! Disodorin kursi kehormatan! Mau dikasih jabatan Clan Head juga bisa tuh!”
“Clan Head?” Zhuo Fan tertawa pelan. “Aku ini outsider, Yulin. Mana mungkin mereka angkat aku jadi pemimpin. Mereka cuma hormat karena aku punya sesuatu yang mereka inginkan.”
Shangguan Yulin terperanjat.
“Soaring Sword…”
“Yup.”
Zhuo Fan tersenyum licik.
“Mereka semua mau pedang itu. Mereka pikir bisa memanipulasi aku, bahkan pakai honey trap…”
“A-apa?” Shangguan Yulin pucat.
“Kau tahu sendiri siapa satu-satunya perempuan yang mereka bawa.”
Shangguan Yulin hampir muntah darah. “JANGAN SEBUT NAMA YAN’ER!”
Zhuo Fan malah makin puas.
“Sudah kuduga kau akan bereaksi begitu. Tapi tenang, aku bukan tipe gampang tergoda. Fokusku cuma anakku. Tapi masalahnya…”
Dia menunjuk ke pintu.
“…mereka nggak bakal biarkan aku keluar dari gua ini.”
Para elder di luar mendesis pelan:
[Aduh bocah tengik, sadar banget dia kita nguping…]
Shangguan Yulin mendengus, “Lalu apa maumu ngomong panjang lebar ke aku segala?”
“Aku butuh seseorang untuk keluar dan kirim pesan ke Flying Cloud Manor. Mau tukeran sandera.”
Shangguan Yulin paham arah pembicaraan itu.
“Jadi kau mau aku yang pergi.”
“Tepat sekali.”
Zhuo Fan tersenyum lebar.
“Kita berdua sama-sama gak punya tempat di Shangguan clan. Sama-sama pengkhianat. Sama-sama ingin bebas. Kau gak akan jual aku, karena itu menghancurkan peluangmu juga. Kita berdua bisa untung.”
“Dan kalau aku bantu, kau minta para elder ngelepas aku?”
“Aku punya Soaring Sword.”
Zhuo Fan mengedip.
“Aku bisa mintakan apapun.”
[Zhuo Fan ini beda kelas banget… Yulin baru buka mulut udah ke-mental sendiri. Dan cara Zhuo Fan mind-game itu lho—halus tapi nusuk. Yang paling sakit: dia bikin Yulin merasa “kita itu sama”… padahal levelnya beda dimensi. Master manipulasi beneran.]