Chu Qingcheng menunduk, wajah memerah.
“Aku tadi… nggak mikir, cuma ingin menggantikanmu masuk bahaya. Kalau aku mati pun… tak apa.”
Zhuo Fan tertawa kecil.
“Kau memang tidak pernah berubah.”
Ia menarik Qingcheng ke pelukan, mengusap punggungnya lembut.
Qingcheng memeluknya erat—tapi tiba-tiba tersentak, gugup.
“Jangan salah paham…”
“Salah paham apa?” Zhuo Fan menaikkan alis.
Merah padam, Qingcheng bergumam,
“T-tentang He Xiaofeng… Aku tak tahu kenapa seorang Saint begitu tiba-tiba mendekatiku. Aku sudah bilang padanya aku… punya seseorang…”
“Punya seseorang?” Zhuo Fan menyeringai menggoda.
Qingcheng mengangguk malu, lalu kembali cemberut.
“Tapi dia keras kepala, terus mengejar, bahkan tadi dia tak mau melepaskanku. Kebetulan sekali aku bertemu denganmu. Jadi… kumohon jangan salah paham. Aku tidak punya apa-apa dengannya.”
Zhuo Fan mengusap rambutnya lembut.
“Aku tahu. Dari dulu aku percaya perasaanmu padaku. Tak sekalipun aku meragukanmu.”
Kata-kata itu membuat Qingcheng langsung meleleh dan memeluknya lebih erat, “Zhuo Fan… terima kasih.”
Namun di balik senyumnya…
Zhuo Fan sudah mengeluarkan niat membunuh.
[Seorang Saint yang ngotot mendekati Qingcheng? Dia pasti mengincar sesuatu. Dan di luar sana sulit membunuhnya tanpa jejak. Tapi di Nether Sea… siapa yang tahu?]
He Xiaofeng berniat membuat Zhuo Fan “kecelakaan”.
Zhuo Fan berniat membalas dengan cara yang sama.
Ironi paling mematikan:
Saint merasa aman… padahal monster yang ia remehkan sedang menajamkan taringnya.
Kemunculan Si Kakek Misterius
Suara tua tiba-tiba terdengar,
“Wah… Nether Sea berubah jadi sarang burung cinta rupanya.”
Zhuo Fan dan Qingcheng kaget. Di tepi pantai berdiri seorang lelaki tua membawa keranjang bambu.
“Itu aneh,” gumam Zhuo Fan. “Kukira tak ada orang hidup di sini.”
“Memang tak ada manusia,” kata sang kakek santai. “Yang ada hanya… jiwa-jiwa berkeliaran. Atau kalian bukan manusia?”
“Kami manusia,” Qingcheng menjawab tegas.
“Kalau begitu kalian belum sadar.”
Sang kakek tersenyum penuh teka-teki.
“Di sini hanya ada jiwa—jiwa manusia atau jiwa binatang. Jiwa-jiwa yang mati mengenaskan, meledak, atau tercerai berai… semuanya akan dirangkai kembali di Nether Sea.”
Zhuo Fan terbelalak.
[Jadi bahkan meledakkan diri pun tidak benar-benar memusnahkan jiwa? Ia bisa dipulihkan di sini?]
Sang kakek melanjutkan,
“Tidak semua bisa datang ke sini. Kapasitas Nether Sea terbatas. Mereka yang tiba di sini diberi satu kesempatan kecil—hanya satu—untuk kembali bereinkarnasi. Tidak semua akan diselamatkan oleh Nether Sovereign. Alam sudah mengatur bahwa hidup harus berakhir.”
Mereka bertanya tentang arti “menyeberangi Nether Sea”.
Sang kakek berkata,
“Untuk dilahirkan kembali, seseorang harus melepaskan semuanya:
– memori,
– perasaan,
– cinta,
– dendam,
– harapan,
– ambisi.
Jika masih menggenggam satu pun… roh itu akan lenyap sepenuhnya.”
Seisi Nether Sea adalah tempat untuk melepaskan diri dari masa lalu.
Zhuo Fan tercenung.
[True Self Art…? Bukankah fokusnya adalah “melepaskan ego untuk kembali ke diri sejati”?]
[Mungkinkah ini inti dari kultivasi sejati?]
Qingcheng bertanya ragu, “Apakah ada yang menolak untuk menyeberang?”
“Banyak sekali. Banyak pasangan seperti kalian terbunuh oleh roh binatang laut karena tak sanggup melepaskan masa lalu.”
Kemudian…
Permintaan Terlambat untuk Pulang
Qingcheng akhirnya panik:
“Senior, kami tidak ingin pergi ke kursi pencerahan Nether Sovereign lagi! Bisa tolong tunjukkan jalan pulang?”
Sang kakek mendengus.
“Sekarang kalian mau pulang? Terlambat.”
Ia menunjuk lautan gelap.
“Untuk keluar, kalian harus melewati kursi pencerahan Nether Sovereign dan tiga cobaan. Kalau tidak, kalian akan terjebak di sini selamanya.”
Qingcheng menegang; Zhuo Fan hanya tersenyum tenang.
“Tidak apa, selama kita bersama, kita bisa melewatinya. Kita sudah melalui hal yang lebih buruk, bukan?”
Qingcheng tersenyum, semangat kembali.
“Tolong bantu kami menyeberang, senior—eh?”
Saat mereka menoleh…
Sang kakek hilang.
Hanya terdengar gema suaranya:
“Aku hanya memberi tumpangan pada jiwa-jiwa yang siap menyeberang… bukan mereka yang ditakdirkan datang ke sini.
Jika takdir mengizinkan, kita akan bertemu lagi… ha-ha-ha…”
Tawa itu menggema, tanpa jejak pemiliknya.
[Kakek misterius ini levelnya beda—ngasih lore penting sambil ngilang begitu saja, kayak NPC S-rank yang cuma muncul sekali buat nge-drop peta rahasia 😭🔥. Dan chemistry Zhuo Fan–Qingcheng? Udah kayak couple final battle mode aktif.]