Ch 850 - Central Area

Novel: The Steward Demonic Emperor

Wilayah pusat, yang terkuat dari semuanya, diperintah oleh satu bangsa saja: Kekaisaran Pedang Bintang.


Saat seluruh dunia terpecah-pecah, wilayah pusat justru paling bersatu dan penuh ahli. Kalau di wilayah lain para ahli Tahap Ethereal jadi penguasa, di sini mereka cuma tukang suruh untuk cari makan.


Sampai-sampai penjaga dan prajurit patroli kota pun rata-rata diisi oleh ahli Tahap Ethereal. Hal ini pasti bikin semua kultivator dari wilayah lain melongo.


Ini adalah tanah di mana satu bangsa memerintah, satu kekuatan mengendalikan, bukan seperti wilayah mereka yang terbagi kecil-kecil.


Karena ahli Tahap Ethereal diperlakukan seperti itu, para kultivator di bawahnya tak lebih dari pelayan atau tukang kerja rendahan.


Jadi, meski di kampung halamannya ada orang yang dipandang layaknya “tuan muda”, begitu menginjak wilayah pusat, di mana setiap langkah ada ahli yang bisa menginjak mereka kapan saja, mereka cuma bisa tunduk dan tak berani bikin keributan.


Di antara para pendatang itu, ada sepasang ayah-anak yang cukup mencolok. Masa-masa mereka bisa seenaknya bersikap arogan, membunuh sesuka hati lalu kabur kapan pun, sudah lama lewat. Ini bukan rumah mereka; mereka harus hati-hati, terutama ketika nyawa jadi taruhannya.


“Berhenti! Kalian dari mana?”


Di atas gerbang kota, terpasang papan besar bertuliskan: Kota Awan Terbang. Semua kultivator yang datang dari udara wajib turun dulu, lalu mengantre rapi untuk masuk kota dengan tertib.


Di kedua sisi gerbang, berdiri dua kakek berwajah keras, mengembuskan tekanan kuat yang memberi tahu semua orang bahwa di wilayah lain mereka pasti dianggap ahli langka Tahap Ethereal—tapi di sini? Biasa saja.


Mereka mendapat perintah untuk memeriksa semua pendatang. Jelas ada sesuatu yang terjadi, sampai penjagaan seketat ini.


Seorang pria berjubah hitam, menggandeng bocah laki-laki berusia tujuh tahun yang sangat imut, mendekati penjaga sambil membungkuk sopan, “Senior, kami datang dari wilayah barat. Kami dikejar musuh dan terpaksa melarikan diri ke sini. Mohon para senior berbelas kasihan.”


“Dikejar musuh?”


Keduanya menyipit, lalu mengangguk meremehkan, “Ha-ha, Tahap Radiant lapis lima, bawa anak pula. Jelas saja dikejar. Masuk saja, lemah seperti kamu mana bisa bikin masalah.”


“Baik, terima kasih, senior…”


Sambil terus menunduk, pria berjubah hitam itu buru-buru masuk kota sambil menarik bocah tersebut, hampir seperti lari kecil.


Dua penjaga itu memandangi punggung mereka dengan tatapan merendahkan. “Beginilah jadinya kalau lemah. Seumur hidup nggak bakal naik kelas.”


“Iya kan? Tunggu saja, serangga-serangga itu bakal tahu kalau wilayah pusat jauh lebih kejam daripada wilayah barat, ha-ha-ha…”


Mereka menertawakan ayah-anak tadi, lalu kembali memeriksa antrean. Tapi tiba-tiba, di tengah cuaca cerah, mereka merasa hawa dingin merayap di punggung.


Seperti ada binatang buas mengintai dari belakang. Mereka buru-burut menoleh, tapi yang terlihat hanya jalanan ramai dengan orang berlalu-lalang.


Keduanya saling pandang dengan ragu.


“Kau merasakan itu, Tua?”


“Iya, seperti ada ular berbisa yang menatap kita, siap merenggut nyawa. Kau juga?”


“Iya…”


Si kakek satu mengangguk, tapi kemudian menggeleng, “Pasti cuma bayangan kita saja. Baru sebulan ini Lord Dongfang membantai ratusan ahli Tahap Penyatuan Jiwa, semua orang ketakutan. Para bajingan itu nggak mungkin bertindak di siang bolong, apalagi buang waktu pada orang kecil macam kita, ha-ha-ha…”


“Benar juga. Kadang jadi lemah itu bagus. Setidaknya para kuat malas menyentuh kita…” Kakek yang lain tertawa hambar, lalu kembali serius melanjutkan tugas. Ironisnya, mereka sudah lupa bahwa baru saja mereka mengejek kelemahan ayah-anak tadi.


Di sudut gelap kota, pria berjubah hitam itu menutup mulut si bocah rapat-rapat dan tidak bergerak sama sekali. Begitu situasi di gerbang tenang, ia baru menghela napas dan melepaskan tangannya.


Bocah itu langsung ngamuk, meraung, “Ayah, para kakek bau itu meremehkan kita, ya? Sejak pertama kali aku keluar, belum pernah ada yang berani begitu. Kalau tadi Ayah nggak nahan aku, kepala mereka sudah ada di tanganku!”


“Kalau kau benar-benar lakukan itu, kita berdua sudah tamat.”


Pria berjubah hitam itu tersenyum. Zhuo Fan terlihat seperti orang yang benar-benar berbeda sekarang. Tatapannya jernih, ekspresinya tenang, kecenderungan jahatnya ditekan sedalam mungkin.


Mengelus kepala Gu Santong, Zhuo Fan tersenyum, “Ini bukan wilayah barat. Kota Awan Terbang adalah pusat salah satu dari sembilan domain di wilayah pusat. Penguasanya itu ahli yang sangat menakutkan. Kalau kita bertemu dia, kita bakal sangat kesulitan.”


“Apa yang perlu ditakuti? Bukannya Ayah punya Pil Napas Naga milik Naga Penumpas? Tinggal ledakkan di mukanya, beres!” Gu Santong menyembul keluar sambil berteriak.


Zhuo Fan menghela napas, “Pil Napas Naga yang tersisa cuma dua. Aku nggak mau memakainya kecuali benar-benar terpaksa. Di ranah fana, harta seperti Pil Napas Naga nilainya tak ternilai. Terutama karena…”


Tatapan Zhuo Fan mengeras, “Orang harus kuat dengan kekuatannya sendiri untuk bisa selamat. Aku nggak mau merusak jalan kultivasiku dengan mengandalkan alat.”


“Itu kenapa dua tahun ini Ayah berlatih teknik True Self Art itu, sampai kelihatannya seperti menurunkan kultivasi?” Gu Santong manyun.


Zhuo Fan menggeleng, “True Self Art itu seni untuk hati, bukan untuk mundur dari kultivasi. Kelihatannya aku lemah itu cuma di permukaan. Sebenarnya, itu membuatku lebih dekat pada diriku sendiri. Kalau bukan karena dua tahun berlatih True Self Art, entah seperti apa remuknya hatiku di situasi sekarang. Pikiran bisa melahirkan iblis maupun orang suci. Mungkin aku sudah tenggelam ke jalan iblis yang tak bisa kembali lagi.


“Kultivasi asliku dengan mudah melesat ke Tahap Ethereal lapis lima berkat efek menenangkan dari True Self Art. Elder Yuan benar-benar guruku…”


Melihat mata Zhuo Fan yang begitu bercahaya, Gu Santong menghela napas, tahu bahwa Ayahnya sedang mengingat orang-orang yang terpaksa ia tinggalkan. Tapi lalu ia menunjuk ke lehernya sendiri dan mengeluh, “Kalau begitu, apa urusannya dengan liontin emas ini? Jelek banget, kayak aku masih bocah kecil…”


“Eh, bukannya memang begitu?”


Zhuo Fan mencubit pipi gembulnya, menggoda, “Young Sanzi, orang tua mana yang nggak ingin melihat anaknya tumbuh sehat? Everlife Locket ini Ayah buat sendiri, dengan sepenuh hati. Kau harus pakai.”


Wajah Gu Santong berkedut, “Ayah, aku ini sudah tiga ratus tahun, bukan bocah! Kau kira aku nggak tahu fungsinya? Ini hanya menyembunyikan kekuatanku. Aslinya aku Tahap Ethereal lapis enam, tapi dengan benda ini aku kelihatan seperti bocah tujuh tahun yang tak berdaya. Sepanjang jalan ke sini semua orang mencubit pipiku dan mengacak rambutku. Kalau bukan Ayah yang nahan, mereka sudah kuhajar.”


“Bertahan dulu. Kau itu terlalu ‘freak’. Pernah lihat anak kecil Tahap Ethereal di mana?”


Zhuo Fan melambaikan tangan, “Kalau kekuatanmu terekspos, kau akan jadi badut tontonan yang menarik perhatian semua orang di wilayah pusat. Bagaimana kita bisa bekerja kalau begitu?”


“Aku tahu kok. Ayah membuat harta iblis ini untuk menutupi auraku, tapi tidak bisakah bentuknya lebih kecil dan nggak terlalu mencolok? Memalukan pakai kalung segede ini…”


“Karena kau sangat berharga!”


Zhuo Fan memotong omelannya, “Lihat wajahmu yang kekanak-kanakan dan imut itu. Bukankah kelihatan polos? Ditambah Everlife Locket, kau jadi malaikat. Tak ada yang bakal percaya malaikat kecil seperti ini menyembunyikan binatang buas. Kau bakal jadi senjata pamungkas! Bayangkan saja, kalau kita bertemu musuh yang terlalu kuat, semua orang mengabaikanmu, memberi celah buatmu untuk menghancurkan mereka dengan tinjumu. Keren, kan?”


Gu Santong mengerutkan wajah imutnya, lalu mengangguk.


[Masuk akal juga. Itu memang Ayahku, selalu menyiapkan panggung…]


“Ayah, terus kapan kita melawannya?”


“Kalau bisa, jangan pernah.”


Kelopak mata Zhuo Fan berkedut. Ia menoleh ke arah pusat kota, “Mantan yang terkuat di wilayah timur, Shangguan Feiyun, sekarang menjadi penguasa salah satu dari sembilan domain di wilayah pusat dan tinggal di sana. Akan lebih baik kalau kita bisa menghindarinya…”


Mata Zhuo Fan menajam…

Komentar

Untuk berkomentar, silakan login dengan Google .