Zhuo Fan tidak lepas sedikit pun dari pengawasan Murong Lie. Hatinya makin tidak tenang, hingga ia meneruskan interogasi,
“Kalau begitu sir bukan dari wilayah pusat, siapakah Anda sebenarnya? Dari mana asal Anda, dan apa tujuan Anda datang ke wilayah utara?”
“Aku sudah bilang tadi. Kami hanya lewat. Tidak perlu dicari-cari lebih dalam.”
“Aku bukan tipe orang yang mudah kurang ajar, tapi kondisi wilayah utara sedang genting. Aku tak punya pilihan lain selain menegaskan pertanyaanku, sir.”
“Dan kalau aku tetap menolak?” Zhuo Fan menyipit sambil tersenyum tipis.
Murong Lie memuntahkan auranya yang menggetarkan dunia, matanya menatap tajam.
“Kalau begitu, maaf, aku harus menahanmu sampai identitas sir jelas bagiku.”
“Hahaha, sepertinya Ardent Sun Sword God agak… tinggi hati.”
Zhuo Fan menggenggam tangan Qiao’er dan tetap berjalan santai. Ia hanya berkata pada Baili Yuyu,
“Aku pergi dulu dengan Qiao’er. Susul saja nanti.”
Murong Lie menyipitkan mata dan bertindak sambil berteriak,
“Sir benar-benar mau pergi begitu saja? Apa aku ini tidak berarti bagimu?”
Whoosh~
Bali Yuyu sigap menghalangi serangannya, tatapannya sedingin es.
Murong Lie telah menduga hal ini. Dunia seketika mendidih—api membuncah dari bumi, menguapkan udara dingin wilayah utara, mengubah badai salju menjadi gunung berapi yang hendak meledak.
Es ribuan tahun lenyap dalam sekejap, berubah menjadi uap sebelum hilang tanpa jejak.
Dalam satu vilikan, wilayah utara berubah dari neraka beku menjadi neraka api—segala sesuatu menari dalam genggaman Murong Lie.
Inilah kekuatan puncak Genesis Stage, kekuatan yang menguasai alam di sekelilingnya.
Namun Bali Yuyu? Tidak gentar sedikit pun.
Tatapan es itu menyala seperti petir. Dalam sekejap, dunia dibelah dua:
Satu sisi lautan api dan lava milik Murong Lie,
Satu sisi lautan perak penuh kilatan petir pedang milik Bali Yuyu.
Wilayah itu kini menjadi dua dimensi yang bertabrakan—salju dan api, dingin dan panas, kehidupan dan kehancuran.
Murong Xue & Zhui’er terbelalak.
Keduanya tahu Bali Yuyu kuat, namun melihat ia bisa mengimbangi Murong Lie—itu berada di luar nalar.
Pertarungan setingkat Sword King? Tidak ada tempat berlindung. Dunia sendiri dapat hancur dalam sekejap.
Murong Lie justru tertawa.
“Hahaha, sungguh wanita langka. Pantas dia begitu percaya diri. Kalau begini, kita bisa bertarung berhari-hari tanpa hasil.”
Namun tawanya berubah sinis.
“Tapi kau lupa satu hal. Memang benar kita seimbang, tapi jika aku serius… kau takkan bertahan sepuluh jurus.”
“Tch, besar kepala sekali.”
Bali Yuyu mencibir, “Orang-orang bilang Ketua Klan Murong itu bijak, tapi ternyata cuma sombong. Dari bentrokan kita barusan saja sudah jelas kita seimbang. Kau pikir bisa mengalahkanku dalam sepuluh jurus? Apa teknik klanmu se-hebat itu?”
Murong Lie menghela napas.
“Miss, aku tak mengecilkanmu. Teknik klanmu jelas mendalam. Klan kami memang terkenal, tapi bukan berarti kami meremehkan para ahli lainnya.”
“Lalu kenapa bicara soal ‘sepuluh jurus’ tadi?” Bali Yuyu melotot sinis.
Murong Lie memberi hormat kecil.
“Di kondisi normal, kita bisa bertarung ribuan jurus. Namun kali ini aku tidak bisa menuruti keinginan orang lain dengan mengorbankan wilayah utara.”
Ia mengangkat tangan.
Golden flames menyembur keluar—menyatu menjadi sebilah pedang emas menyala sepanjang dua meter.
Begitu pedang itu muncul…
Dunia berubah.
Api Murong Lie melonjak seperti tsunami neraka, menghancurkan dunia perak milik Bali Yuyu. Petir pedang hancur seperti kaca retak, tenggelam dalam lautan magma.
Seluruh udara menjadi merah darah. Panasnya bisa menguapkan danau dalam satu kedipan.
Bali Yuyu tertegun.
“Itu… senjata ilahi selatan—Decimating Divine Sword?!”
“Benar.”
Murong Lie tersenyum yakin.
“Maaf harus memotong kesenangan ini dan memenangkan duel dengan pedang ilahi. Tapi seperti kubilang, di lain waktu, aku dengan senang hati bertarung lagi.”
Murong Xue dan Zhui’er bersorak kecil—keyakinan mereka kembali.
Dengan pedang ilahi, kemenangan Murong Lie tak terbantahkan.
Baili Yuyu mengepal.
Menghadapi divine weapon, hanya Sundering Sword milik Patriarch yang mampu menandingi.
Dan Patriarch? Tidak mungkin meminjamkannya.
Ia kalah tanpa perlawanan.
Murong Lie bahkan menenangkan,
“Jangan anggap ini kekalahan yang memalukan. Aku terpaksa melakukannya.”
Ia lalu menatap Zhuo Fan.
“Sir, wanita ini sudah kalah. Apa Anda masih ingin pergi?”
“Tentu saja.”
Zhuo Fan melangkah tanpa ragu.
“Dia memang tidak bisa mengalahkanmu, tapi cukup untuk memberiku banyak waktu. Bahkan seekor siput pun bisa berjalan ribuan mil dalam waktu itu.”
Murong Lie mengejek,
“Mana mungkin! Kau tahu sendiri sepuluh jurus saja sudah cukup!”
Baili Yuyu menggertakkan gigi.
Zhuo Fan menoleh sedikit, senyum iblis muncul.
“Murong Lie… dari tadi kau bicara dengan nada tinggi, tapi ternyata kau yang ceroboh. Kau pikir hanya dirimu yang punya divine weapon?”
Murong Lie tersentak.
“Kau tidak bermaksud—”
“Kau menebaknya.”
Sebuah bilah hitam-merah pekat muncul di tangan Zhuo Fan—bagaikan pedang iblis yang haus darah.
Zhuo Fan melemparkannya pada Baili Yuyu.
“Ambil. Nikmati duelmu dengan Ketua Klan Murong.”
[Zhuo Fan benar-benar “memegang skrip dunia”. Murong Lie pakai divine sword, eh Zhuo Fan santai saja membalas dengan divine weapon lain—yang bahkan dilempar ke Baili Yuyu seperti kasih jajanan. Murong Lie, si puncak selatan, untuk pertama kalinya sadar: ada kekuatan di dunia ini yang levelnya bukan cuma “di atas”, tapi di luar jangkauan logika.]