“Qingcheng, aku sudah datang.”
Mengabaikan tatapan bingung, panik, dan harapan dari semua orang, Zhuo Fan hanya melihat wanita rapuh di depannya. Chu Qingcheng menggigil, tapi Zhuo Fan memeluk pundaknya perlahan, mendekapnya lembut seolah menenangkan jiwa yang terluka.
Qingcheng bersandar padanya… dan keajaiban pun terjadi.
Ia yang sebelumnya ketakutan dan linglung, kini tenang—senyap—damai dalam dekapan Zhuo Fan.
Semua orang terpana.
Selama Zhuo Fan di sisi Qingcheng, tidak ada rasa takut yang bisa menyentuhnya.
Wajah Baili Jingtian berkedut menahan amarah.
Baginya, sikap Zhuo Fan ini bukan hanya penghinaan—ini mengabaikan eksistensinya. Sebagai Crown Prince, ia bisa menoleransi orang sombong. Ia bisa memaafkan sedikit arogansi.
Tapi tidak diperhatikan sama sekali? Itu tidak bisa dimaafkan.
Zhuo Fan bahkan tidak menatapnya.
Tidak meresponsnya.
Tidak menganggapnya ada.
Ia hanya memikirkan Qingcheng.
Dan itu membuat darah Baili Jingtian mendidih.
[Bukannya mengejekku… dia bahkan tidak menganggapku sebagai lawan penting!]
Ia, Crown Prince paling berbakat di tanah kelima wilayah, murid penerus Pedang Tertinggi. Dan Zhuo Fan memperlakukannya… seperti debu.
Namun sesaat kemudian, kewaspadaan mengalahkan ego.
Zhuo Fan menghilang dalam sekejap dan membunuh adiknya dalam satu pukulan. Itu bukan kekuatan Soul Harmony seperti laporan Yuyu.
Itu kekuatan monster.
Para pangeran pun segera bereaksi.
Mereka melompat serentak, mengelilingi Zhuo Fan dari semua arah. Delapan orang, semuanya jenius kekuatan petir, menyerang untuk membunuh.
Dan Baili Jingtian tersenyum licik.
Zhuo Fan tak bisa menghindar sambil menggendong wanita. Dia pasti bertahan. Jika bertahan, dia terkena serangan lainnya. Dan jika dia mencoba kabur, aku akan melihat rahasia kecepatannya.
Itu adalah rencana sempurna.
Sementara itu, Ouyang Changqing berteriak panik:
“MASTER ZHUO, ELDERRR! MEREKA MAU BUNUH KAU! JANGAN NYANYI KEK GITU! AAAA!”
Zhuo Fan… masih memeluk Qingcheng.
Masih tersenyum lembut.
Masih bersenandung seperti ayah yang menenangkan anak kecil.
Wu Qingqiu berkata lirih, terharu,
“Dulu dia seperti batu es… tapi kepada junior sister Qingcheng, dia bisa selembut ini.”
Ouyang Changqing hampir menangis.
“Aku juga mau romantis! TAPI TOLONG JANGAN SEKARANG!”
Para pangeran sudah satu meter darinya.
Baili Jingtian tersenyum puas.
[Lihat kau mati sekarang, Zhuo Fan.]
Pedang petir ketiga pangeran hampir menembus pinggang Zhuo Fan—
Lalu semuanya merinding.
Angin beku bergeser.
Udara menggetarkan tulang.
Zhuo Fan berhenti bersenandung… dan menatap sang pangeran ketiga.
Mata itu—
dingin seperti jurang maut.
Tatapan yang membuat lawan merasa seperti mangsa, bukan pemburu.
“Bajingan… berani-beraninya kau mendekati Qingcheng. Mati.”
BOOOOOM!!
Udara dalam radius seribu meter meledak seperti gunung meletus. Gelombang besar thunderflame hitam muncul dari sang iblis.
“Divine Eye of the Void — Tahap ke-4: Thunderflame Space Crusher!”
Delapan pangeran tenggelam dalam badai hitam yang melumat ruang dan tubuh sekaligus.
Zhuo Fan berdiri di tengah badai itu bagaikan raja neraka, namun kedua tangannya tetap memegang Qingcheng dengan hati-hati, seolah ia sedang membawa bunga kaca yang tak boleh retak.
Di dalam badai maut, hanya satu hal yang terlihat jelas:
Zhuo Fan bisa selembut awan bagi wanita yang ia cintai…
…dan seganas kiamat bagi siapapun yang menyentuhnya.
[Bab ini bener-bener menunjukkan dua sisi Zhuo Fan: lembut tak bertepi untuk Qingcheng, tapi sekaligus iblis pemusnah bagi semua yang menyentuhnya. Rasanya kayak nonton raja final boss turun tangan sendiri.]