Ch 1108 - Promoting

Novel: The Steward Demonic Emperor

Boom!


Pertempuran di perbatasan Northern Lands semakin menggila. Langit penuh darah, bumi seperti mangkuk terbakar, dan barisan pasukan masih terus datang tanpa henti.


Di garis pertahanan central area, Baili Jingwei baru saja selesai membaca laporan rahasia. Senyum licik menyelinap di wajahnya.


[Zhuo Fan menghilang tepat saat perang mencapai puncak…

Ini berarti dia tidak sedang mengganggu rencana kita.

Saatnya bergerak.]


Namun senyum itu langsung padam ketika seorang penjaga berteriak dari kejauhan:


“Prime Minister! Ada seseorang datang!”


Baili Jingwei berpaling. Seorang pria berbalut armor ungu keperakan, tubuh besar bagai gunung, melangkah mendekat. Rambut hitamnya berkibar liar, dan wajahnya penuh guratan tegas.


Ia memancarkan aura tak tertandingi—tajam, dingin, dan mengandung kekuatan Sovereign yang telah terasah selama puluhan tahun.


“Luo… Yunhai?”


Pria itu mengangguk kecil.


“Prime Minister, aku menerima perintah dari Steward Zhuo untuk menyerahkan ini.”


Ia melemparkan token emas segel naga ke tangan Baili Jingwei.


Baili Jingwei menangkapnya dan pupil matanya mengecil.


[Ini… Segel Komando Grand Marshal?]


Senyum di bibirnya melebar.


[Jadi ini maksudnya. Zhuo Fan benar-benar tidak bisa kembali mengurus perang. Kalau token ini jatuh ke tanganku, maka kendali penuh atas aliansi berada di genggamanku.]


Namun saat ia hendak memerintah, Luo Yunhai berkata pelan, “…dan kami tidak lagi berada di bawah komando siapa pun.”


Baili Jingwei menegang.

“…Apa maksudmu? Kau barusan menyerahkan token Grand Marshal.”


“Betul.” Luo Yunhai menatap lurus, matanya seperti tombak.


“Tapi Steward Zhuo memerintahkan kami, klan Luo, untuk tidak lagi bergerak. Sebagai gantinya…”


Ia mengangkat satu jari ke arah medan perang.


“…dia memerintahkan seluruh pasukan dua wilayah untuk tetap MENYERANG kalian.”


Baili Jingwei membatu.


“A-apa… apa maksudmu?”


Luo Yunhai bicara sangat tenang—justru membuatnya lebih menakutkan.


“Steward Zhuo tahu semua rencanamu, Prime Minister. Dia tahu kau ingin menggunakan perang ini untuk menyingkirkan para pemimpin empat wilayah. Maka…”


Boom!


Suara petir mengguncang udara.


“Sebelum dia menghilang, dia menjadikanmu target pertama.”


Baili Jingwei merasa jantungnya berhenti berdetak.


[Zhuo Fan…

Bahkan saat dia tidak hadir di medan perang…

Dia masih menabuh genderang kematian untukku.]


“Apa maksudnya?! Kau pikir pasukanmu bisa mengalahkan empat Sword King, Invincible Sword, dan kami semua?” Baili Jingwei berteriak panik.


Luo Yunhai menghela napas pelan.


“Tidak. Kami tidak bisa. Bahkan ratusan juta pasukan tidak bisa.”


Ia menunjuk ke langit.


“Tapi waktu bisa.”


Dan seolah menjawab ucapannya—suara ledakan maha dahsyat terdengar dari arah timur.


Boom!!!


Gelombang energi memecah awan, menghancurkan ribuan pasukan di bawahnya dalam sekejap. Suara itu mengguncang dunia, membuat tanah bergoyang seperti gempa.


Baili Jingwei pucat pasi.


“Itu… Invincible Sword?”


Luo Yunhai tersenyum tipis.


“Tidak. Itu adalah suara tubuh seorang monster yang akhirnya mencapai batasnya.”


Baili Jingwei menatap tak percaya.


[Monster…? Jangan-jangan yang dimaksud…]


Kilas berpikir:

— Enam hari pertempuran nonstop.

— Tiga divine swords mengganggu.

— Pasukan gelombang tanpa akhir.

— Serangan psikis lewat hinaan.

— Luka berat sejak pertarungan melawan Sea Ao.


Semuanya menumpuk menjadi satu.


Luo Yunhai menatap jauh ke barat laut.


“Invincible Sword Baili Yutian… akhirnya jatuh berlutut.”


Baili Jingwei membeku seperti patung es.


“Tidak… mustahil… dia tidak mungkin kalah oleh manusia biasa…”


“Betul,” jawab Luo Yunhai pelan. “Dia tidak dikalahkan manusia. Dia dikalahkan waktu dan kehendak sang Strategist.”


Baili Jingwei memandang sekeliling, panik.


“Tidak… tidak! Kita masih punya empat Sword King! Kita masih—”


Luo Yunhai memotong:


“Empat Sword King yang sedang sekarat, tiga divine sword kacau, dan pasukan yang sudah putus asa?”


Ia menggeleng.


“Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu lagi, Prime Minister.”


Baili Jingwei mundur setapak.


“Kau… kau salah! Masih ada Patriarch… dia—”


“Dia sudah jatuh,” terdengar suara lain.


Shangguan Qingyan berjalan dari sisi medan, wajahnya berlumur darah, tapi tegar.


“Invincible Sword sudah tersungkur. Barusan aku melihatnya dengan mata kepala sendiri.”


Baili Jingwei merasakan dunia runtuh.


“Tidak… tidak… tidak…”


Ia memegangi kepalanya.


[Kalau Patriarch mati, berarti aku… selesai.

Zhuo Fan… kau setan… kau menyeretku ke neraka bersamamu…]


Luo Yunhai menatapnya dengan iba.


“Prime Minister, Steward Zhuo berkata… ini bukan dendam.”


Baili Jingwei terhenti.


“…lalu apa?”


“Ini hanya strategi.”




[Waduh, bab ini makin keliatan kalau Zhuo Fan itu main catur 15 langkah ke depan—bahkan pas “hilang”, perang tetap nurut kayak boneka di tangannya. Baili Jingwei akhirnya ngerasain jadi pion terakhir yang nunggu giliran dipukul.]

Komentar

Untuk berkomentar, silakan login dengan Google .