Zhao Chen diselimuti energi hitam, pikirannya mabuk dan keruh. Ia sama sekali tidak merasa ada yang salah, karena kekuatan itu terlalu menggoda, membuatnya merasa seolah mengendalikan seluruh dunia. Semakin tebal energi itu, semakin kuat ilusi itu—seakan Sainthood sudah di depan mata.
Zhuo Fan bisa merasakan aura Zhao Chen yang liar dan kacau. Peningkatannya hanya di kuantitas, bukan kualitas, dan itu justru menutup semua kemungkinan menjadi Santo.
Zhuo Fan menggeleng pelan sambil menatap pintu batu yang tertutup itu.
“Pengurus Zhuo, seorang Santo ingin bertemu Anda lagi!” Li Jingtian yang sudah menunggu di luar segera maju dan menyerahkan sebuah jade slip.
Zhuo Fan membacanya, lalu mendecak, “Mau ketemu? Para Santo ini senggang banget ya, baru juga aku mulai perang sudah minta audiensi. Ugh, si sialan He Xiaofeng lagi, masih saja nongkrong di Sekte Ruby Cloud.”
Crack!
Zhuo Fan menghancurkan jade slip itu jadi debu karena marah.
Bajingan, dia mengincar Qingcheng lagi!
“Pengurus Zhuo, Anda akan pergi?” tanya Li Jingtian.
“Tentu. Minimal aku harus menunjukkan sopan santun pada Santo.”
“Tunjukkan sopan santun? Pengurus Zhuo menghadapi para naga yang sudah jadi Santo seperti bukan apa-apa. Menghancurkan satu brengsek Santo manja begitu mah semudah menjentik jari, ha-ha-ha…” Li Jingtian mengangkat alis.
Zhuo Fan menyeringai, “Kau benar, aku tak takut sama sekali pada orang macam He Xiaofeng. Tapi aku harus memikirkan gambaran besarnya dan menahan diri dulu.”
“Kenapa begitu?”
“He Xiaofeng itu Santo tahap awal, bukan siapa-siapa. Tapi di belakangnya ada Gunung Suci ke-6. Kita belum dapat kabar apa pun dari para naga. Bahkan kalau mereka sudah sepakat membantu, butuh waktu untuk mengumpulkan semua binatang spiritual. Kita harus menunggu saat yang tepat.”
Mata Zhuo Fan berkilau, “Delapan Kaisar itu tidak bersatu. Kalau sekarang kita memusuhi Gunung Suci, kita bakal dikepung musuh dari segala arah.”
Delapan Kaisar?
Li Jingtian tersentak, “Memangnya kenapa? Setiap tetua klan Luo yang memimpin satu tim saja bisa menggiling mereka habis.”
“Itu juga akan mengungkapkan keberadaan kita di hadapan para Santo, bukan?”
Zhuo Fan mengetukkan jarinya ke pelipis sambil tersenyum, “Itu justru akan membuat mereka ketakutan, dan dari yang biasanya sok bermartabat, mereka akan turun level, pakai cara-cara kotor untuk balas dendam. Kalau mau melawan musuh, pertama-tama kita harus mengunci wilayah sendiri. Jangan lupa kejadian di Kekaisaran Bintang Pedang dan Baili Jingwei. Kalau kita perang terbuka dengan Gunung Suci, Delapan Kaisar pasti akan balik menggigit. Kita harus membuat wilayah kita sekuat baja dulu.”
Li Jingtian mengangguk, “Pada akhirnya, Pengurus Zhuo selalu memikirkan semuanya. Kalau begitu, kita rebut dulu wilayah Delapan Kaisar sebelum yang lain.”
“Ya, kita akan mengambil wilayah mereka tanpa memberi mereka kesempatan membaca niat kita atau mempersiapkan diri, ha-ha-ha…” Zhuo Fan menyeringai ke arah pintu di belakangnya, lalu pergi bersama Li Jingtian.
Murid, kau telah mengkhianati gurumu, dan sekarang kau akan jadi umpan untuk menarik semua orang masuk.
Whoosh~
Sebulan kemudian, tiga sosok melesat di bawah matahari dan mendarat di sebuah hutan. Zhuo Fan, Li Jingtian, dan Qiu Yanhai menatap gerbang Sekte Ruby Cloud yang berkilauan.
Zhuo Fan berkata, “Aku akan masuk memberi salam, sambil menahan Santo dan si nenek tua itu. Kalian berdua jalankan rencana. Yang lain tidak perlu dipedulikan.”
“Dimengerti!” Dua orang itu membungkuk.
Zhuo Fan lalu melangkah masuk, dan segera dihadang beberapa sosok yang cukup familiar.
“Senior kakak kepala, sudah lama ya. Apa kabar?”
“Kau tidak berhak memanggilku begitu! Hmph!”
Fang Min menatapnya tajam, “Eh? Mana pengawalanmu?”
Zhuo Fan mengangkat bahu, “Dengar cara bicaramu. Menurutmu, dengan statusku sekarang tidak ada yang menjagaku? Mereka hanya bersembunyi di bayangan. Perlu kupanggil? Memang tidak sampai ratusan, tapi 180 orang ada lah. Dan masing-masing bukan kacangan. Aku tidak takut beberapa Raja Roh awal seperti kalian.”
“Tch, belagu juga, jadi anjing Kaisar Iblis yang tak berguna.”
“Kau salah besar. Anjing juga beda kasta. Aku bertindak menggantikan Kaisar Iblis—bisa kau lakukan hal yang sama? Kalau aku ini anjing ras mahal, kau cuma anjing kampung penuh kutu, ha-ha-ha…”
“Kau…”
Fang Min menggertakkan gigi, ingin langsung membunuhnya di tempat. Zhuo Fan malah makin memanaskan suasana, “Aku datang ke sektemu atas undangan Santo. Kalau kau berani menyentuhku sedikit saja, bahkan gurumu tidak akan bisa melindungimu.”
Tubuh Fang Min bergetar, napasnya memburu, tapi ia memaksa menelan amarahnya. “Silakan masuk!”
“Begitu dong. Jangan memalukan Permaisuri Pemikat sebagai tuan rumah. Menyambut tamu saja tidak becus, he-he-he.” Zhuo Fan mendengus kecil melihat tatapan murka mereka. “Ngomong-ngomong, Qingcheng di mana? Kenapa aku tidak melihatnya?”
Fang Min melihat kesempatan balas dendam dan menyeringai, “Kau tidak akan pernah bertemu dia lagi.”
“Kenapa begitu?” Hati Zhuo Fan langsung menegang.
Fang Min mengejek, “Junior adikmu itu sudah dijodohkan dengan Santo, tapi dia keras kepala, tidak tahu diri, dan menolak. Dia bahkan mencoba kabur, tapi Guru menguncinya di Puncak Salju sampai hari saat Santo menjemputnya. Jadi begitu dia dibawa ke Gunung Suci, kau tidak akan pernah melihatnya lagi, ha-ha-ha…”
Zhuo Fan mengangguk pelan. Ia sudah mengantisipasi kemungkinan ini, lalu menoleh ke belakang.
Li Jingtian dan Qiu Yanhai memberi isyarat.
Zhuo Fan pun tenang.
Ia tadi sengaja memancing Fang Min agar membocorkan kondisi Chu Qingcheng. Gadis ini memang tajam, tapi otaknya tidak terlalu licin—membuatnya justru gampang dipermainkan.
Beberapa kalimat licin saja sudah cukup untuk membuatnya membuka semua rahasia sekte.
Permaisuri Pemikat memang punya selera dalam memilih murid.
Zhuo Fan menyeringai ringan, seolah mengakui “kualitas” Fang Min, membuat gadis itu menatapnya bingung.
Ada apa dengan dia? Aku jelas-jelas menusuk dia soal Qingcheng, tapi dia tidak bereaksi?
“Senior kepala,”
Zhuo Fan berkata, “Kenapa kau terlihat begitu senang karena Qingcheng akan dibawa ke Gunung Suci? Tempat itu kan surga kultivasi. Sejauh yang kutahu, harusnya kau iri setengah mati karena bukan kau yang dipilih, bukan malah tertawa. Bukankah di dalam hati kau ingin bertanya, ‘Apa yang dia punya, yang aku tidak punya?’ Soal wajah, bentuk tubuh, kultivasi, dan… yah, kau tahu lah, harusnya kau tidak kalah. Ha-ha-ha, pantes saja sampai sekarang nggak ada laki-laki yang berani mendekat.”
Pff~
Para murid lain tidak tahan dan tertawa kecil dengan wajah memerah. Fang Min melotot dan menggeram, membuat tawa itu sontak padam.
“Kau benar!”
Fang Min menghela napas keras, “Chu Qingcheng tidak pernah lebih kuat dariku, kapan pun juga. Tapi Guru selalu memanjakannya, memberikan semuanya padanya. Santo juga memilih dia, bahkan tidak melirikku sekali pun. Apa aku sebegitu buruknya? Apa dia begitu jauh lebih baik dariku?”
“Menurutku tidak.”
“Kau juga berpikir begitu? Kalau begitu kenapa semua orang selalu memilih dia?”
“Secara objektif, kau unggul di semua aspek. Kecuali satu.”
“Apa?”
“Asal-usul!” Mata Zhuo Fan berkilat.
Karena dia adalah, dan selalu akan jadi Qingcheng. Hanya karena asal-usulnya lah Zhuo Fan bersikeras melindunginya mati-matian. Dan karena asal-usul itu pula, karena jalur Penguasa yang ia pikul, Permaisuri Pemikat dan Santo begitu menghargainya.
Kau tidak akan pernah bisa mengejarnya jika hanya mengandalkan bakat biasa, bukan?
Fang Min tidak mengerti, “Asal-usul? Bukannya dia cuma yatim piatu? Apa istimewanya? Guru hanya mengambilnya sebagai murid, begitu saja.”
“Sangat istimewa.”
Zhuo Fan berbicara serius, “Terus terang saja, kau tidak akan pernah bisa menandingi latar belakangnya. Bahkan gurumu sendiri tidak. Percaya tidak kalau kukatakan dia punya kemampuan membuat He Xiaofeng menghancurkan Sekte Ruby Cloud hanya dengan satu kalimatnya? Bahkan Delapan Kaisar sekalipun—kalau dia mau, Santo itu pasti akan mengabulkan setiap permintaannya hanya untuk melihatnya tersenyum.”
Mana mungkin…
Fang Min terpana, “Jangan bercanda! Seorang Santo tidak akan memanjakan wanita sampai segitunya. Delapan Kaisar di Ranah Suci itu bagi para Santo sama seperti Gunung Suci bagi kita. Kalau mereka mati, dunia bakal kacau.”
“Itu bukan soal ‘manja’, tapi soal nilai.” Zhuo Fan menyeringai menyeramkan, “Buat seseorang seperti dia, tak masalah kalau dunia terbakar, selama Qingcheng tersenyum. Itulah latar belakangnya—seorang wanita yang senyumnya bisa menggulingkan kota. Kalau tidak begitu, kenapa namanya Chu Qingcheng?”
(StarReader: Qingcheng berarti “kecantikan penumbang kota”.)
Tak lama kemudian mereka tiba di depan Aula Utama sekte. Zhuo Fan melangkah masuk dengan senyuman, meninggalkan para gadis yang masih melongo di belakang.
Apa Qingcheng memang sepenting itu? Sebenarnya… siapa dia?
[Bagian ini bikin aura Qingcheng naik level: bukan cuma waifu, tapi “city-toppling background” yang bahkan Santo dan Kaisar bisa dijadikan pion. Dan Fang Min kena mental di drive-by psychological damage dari Zhuo Fan wkwk.]